WACANA PENGEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

WACANA PENGEMBANGAN PEMIKIRAN

PENDIDIKAN ISLAM

I. Deskripsi

Pada awal abad 20 pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua golongan, yaitu: (1) Pendidikan barat “Sekuler”, dan (2) Pendidikan pesantren “Agama”. Menurut Wirjosukarto, pada periode tersebut terdapat dua corak pendidikan, yaitu: corak lama yang terpusat di pesantren, dan corak baru yang didirikan oleh kolonial Belanda. Disamping kedua corak pendidikan tersebut, juga terdapat corak pendidikan ketiga yang merupakan sintesa dari corak lama dan corak baru.

Pada masa awal kemerdekaan, bangsa Indonesia mewarisi sistem pendidikan dan pengajaran yang dualistis, yaitu: (1) Sistem pendidikan dan pengajaran pada sekolah umum yang sekuler, dan (2) Sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang berkembang dikalangan masyarakat Islam sendiri.

II. Rumusan masalah

1. Jelaskan tentang pengembangan pemikiran pendidikan Islam pada periode sebelum Indonesia merdeka (1900 – 1945) ?

2. Jelaskan tentang pengembangan pemikiran pendidikan Islam pada periode Indonesia merdeka (1945 – sekarang) ?

III. Tujuan

1. Menjelaskan pengembangan pemikiran pendidikan Islam pada periode sebelum Indonesia merdeka (1900 – 1945)

2. menjelaskan pengembangan pemikiran pendidikan Islam pada periode Indonesia merdeka (1945 – sekarang)


IV. Pembahasan

Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam pada Periode Sebelum Indonesia Merdeka (1900 – 1945)

Pada periode sebelum Indonesia merdeka, terdapat berbagai corak pengembangan pendidikan Islam, antara lain :

Ø Isolatif Tradisional (corak pendidikan pondok pesantren). Dalam arti tidak mau menerima apa saja yang berbau kolonial (barat).

Menurut Mahmud Yunus, bahwa isi pendidikan Islam pada pondok pesantren (1900-1908) meliputi: (1) Pengajian Al qur’an, dan (2) Pengajian kitab-kitab yang telah ditetapkan oleh kiai.

Tujuan utama pendidikannya adalah menyiapkan calon ulama yang hanya menguasai masalah agama semata.

Ø Sintesis (pertemuan corak lama dan corak baru), yang berwujud Madrasah.

Corak sintesis ini mengandung beberapa variasi, anatara lain:

  1. Pola pendidikan Madrasah dengan format barat, terutama dalam sistem pengajarannya, tetapi isi pendidikan tetap lebih menonjolkan ilmu-ilmu agama Islam, seperti Madrasah Sumatera Thawalib (surau yang pertama yang memakai sistem kelas) yang didirikan tahaun 1921 M, oleh Syeh Abd. Karim Amirullah, ayahnya Hamka, dan Madrasah Tebu Ireng, pimpinan K.H. Hasyim Asy’ari pada tahun 1919 M.
  2. Pola pendidikan Madrasah yang mengutamakan ilmu agama, tetapi secara terbatas mata pelajaran umum juga diberikan, seperti Madrasah Diniyah Zaenuddin Lebay (1915 M) di Padang Panjang, dan Madrasah Salafiyah Tebu Ireng, pimpinan K.H. Ilyas (1929 M)
  3. Pola pendidikan Madrasah yang menggabungkan secara seimbang antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum, seperti: Pondok Muhammadiyah, oleh K.H. Ahmad Dahlan (1912 M).
  4. Pola pendidikan Madrasah yang mengikuti pola barat dengan ditambah beberapa mata pelajaran agama, seperti: Madrasah Adabiyah (1909 M), yang didirikan oleh Syeh Abd. Ahmad.

Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam pada Periode Indonesia Merdeka (1945 – sekarang)

Berbicara tentang Sistem Pendidikan Nasional atau dasar-dasar pendidikan Islam, termaktub dalam:

a) Piagam Jakarta, pasal 29

b) Pancasila, sila pertama

c) UU No. 4 tahun 1950

d) TAP MPR No. 2 tahun 1960

e) TAP MPR No. 27 tahun 1966

f) UU No. 2 tahun 1989

g) UU No. 20 tahun 2003

Wacana yang berkembang dengan proses terwujudnya integrasi pendidikan Islam kedalam sistem pendidikan nasional menyoroti persoalan, sebagai berikut:

Ø Dikotomi ilmu pengetahuan.

Problem tentang dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum, ini sebenarnya muncul sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang.

Bersamaan dengan problem dikotomi tersebut muncul pula perbincangan tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan, yang muncul pada saat diselenggarakan konperensi dunia pertama tentang Pendidikan Muslim di Makkah tahun 1977 M.

Namun demikian, dikalangan cendikiawan muslim masih terdapat sikap Pro dan Kontra terhadap Islamisasi Ilmu Pengetahuan, jika dicermati sebenarnya mereka mempunyai pretensi yang sama, yaitu terwujudnya kemajuan peradaban yang islami.

Pada dasarnya, ilmu dalam Islam dirancang dan dibangun disamping melalui panca indera dan akal, juga berdasarkan kekuatan spiritual yang bersumber dari Allah melalui wahyu (Qomar, 2005).


Ø Kualitas pendidikan Islam.

Faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan Islam antara lain:

1. Aspek intern, seperti: Program pendidikan lebih terkonsentrasi pada kognitif semata dan mengesampingkan “Nilai”, sempitnya pemahaman seorang pendidik, penyusunan materi PAI kurang tepat, dll.

2. Aspek ekstern, seperti: Dampak negatif kemajuan IPTEK dan Globalisasi.

Ø Upaya membangun pendidikan Islam secara terpadu untuk mengembangkan menusia Indonesia seutuhnya.

Dalam pemecahan masalah tersebut, seharusnya corak pendidikan Islam adalah:

1. Sintesa (penyempurnaan) dari berbagai sistem pendidikan yang pernah ada

2. Menumbangkan konsep Dualisme antara ilmu agama dan ilmu umum

3. Sistem pendidikan yang sesuai dengan jiwa Islam. Menurut Karim (1991), menyarankan bahwa tauhid sebagai landasan filosofis pendidikan Islam.

V. Referensi

Djamaludin. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam. Surabaya:

PSAPM dan Yogjakarta: Pustaka Belajar

Qomar, Mujamil. 2005. Epistimologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga


Tinggalkan komentar